Photobucket

Minggu, 10 Januari 2010

Piaraan Demokrat yang bernama Ruhut Sitompul

Almarhum Gus Dur pernah mengatakan anggota DPR itu seperti anak Taman Kanak-kanak dan dalam kesempatan lain Beliau mengatakan bahwa anggota DPR periode 1999-2014, lebih rendah dari TK yang disebutnya Play Group... hehee.., gitu aja kok repot...

Pernyataan Guru Bangsa itu, terbukti banyak benarnya. Bagaimana tidak, beberapa menit sebelum saya menulis postingan ini, saya dan rakyat Indonesia telah disuguhi tontonan gratis yang sangat menjijikkan yang disiarkan secara langsung dari seantero penjuru mata angin Indonesia oleh Tv Swasta Nasional.

Kata kasar yang sangat tidak mendidik itu dikeluarkan oleh salah satu Anggota Dewan Terhormat / Anggota Pansus dari Partai Demokrat yang bernama Ruhut Sitompul, saat diadakan rapat pansus Bank Century.

Padahal esensinya hanya menanyakan pembagian waktu bicara bagi anggota Pansus kepada Pimpinan Sidang saat itu yang dipimpin oleh wakil ketua pansus, Prof. Gayus Lumbun dari PDIP.

Sebagai Pimpinan Sidang yang dibatasi oleh Tata Tertib, Gayus Lumbun menegur Ruhut Sitompul untuk dapat memberikan kesempatan berbicara bagi anggota Pansus lain.
Ruhut tidak menerima teguran itu, dan menyatakan bahwa pimpinan sidang tidak adil, karena memberikan hak bicara lebih banyak bagi partainya Gayus Lumbun sendiri PDIP.

Terjadilah perdebatan antara keduanya. Saat terpojok dan kehabisan akal, Ruhut Sitompul langsung mengeluarkan kata-kata sangat kasar dan menjijikkan yang dialamatkan ke pimpinan sidang Prof Gayus Lumbun dengan kata “bangsat !”

Bangsa Indonesia sekurang-kurangnya selama periode DPR 1974 – 2009, tidak pernah ada kejadian mengumbar kata kasar 'bangsat' yang memalukan dan menjijikkan seperti ini.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, bangsat berarti kutu busuk. Sayangnya Dewan Kehormatan DPR dan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Fraksi Demokrat menganggap kejadian seperti ini sebagai bumbu demokrasi dan tidak perlu ditanggapi dengan serius.
Ini adalah suatu pernyataan yang mengagetkan banyak pihak dan sebagai bentuk Pendidikan politik yang sangat buruk bagi rakyat yang Lembaga Dewan Kehormatan DPR dan seorang Anas Urbaningrum.

Banyak kalangan yang menilai bahwa ini adalah bentuk pengalihan isu, disaat rakyat Indonesia mempertanyakan kebijakan DPR dan Pemerintah dalam memberikan fasilitas pembelian mobil mewah Toyota Royal Saloon seharga 1.3 Miliar untuk para menteri dan pejabat negara yang tanpa malu-malu menggunakan fasilitas mewah ini di saat 25 juta rakyat indonesia menderita gizi buruk.
Bukan cuma itu, belum kelihatan kerja 100 harinya, disamping mendapatkan fasilitas mobil mewah yang mengalahkan kemewahan mobil seorang Kaisar Jepang dan Perdana Menteri Inggris, para menteri negara miskin ini, sudah diputuskan final oleh pemerintah untuk kenaikan gaji mereka. Astagfirullah... Sungguh sense of crisis mereka patut dipertanyakan.

Kita kembali lagi ke Ruhut... Apakah Partai Demokrat siap mempertaruhkan citra dan kredibilitasnya sebagai Partai Presiden SBY, sengaja memelihara preman berkuncir dan beranting untuk diplot menjadi tokoh antagonis di lembaga terhormat DPR?

Ataukah preman berkuncir piaraan SBY ini memang sengaja diposisikan untuk mengacaukan dan menghilangkan substansi Pansus Bank Century agar tidak bisa secara tuntas mengunkap skandal yang diduga menyerempet sejumlah nama politisi Demokrat dan Orang dekat SBY yang menjarah uang rakyat 6,7 trilyun itu pada saat mulai ada sinyal untuk satu persatu mengungkap borok yang selama ini ditutupi dengan sangat rapi oleh mereka?

Acap kali dalam berbagai kesempatan, Ruhut Sitompul, Pria yang dahulu pernah menjadi Lawyer dan Anggota DPR dari Partai Golkar ini memang punya hobi meremehkan orang dengan kata-kata kasar dan kotor, bahkan mengandung sara dan meresahkan.

Setiap mengawali pembicaraan, Dia selalu membalut kata kasarnya dengan sangat lembut mengucapkan salam lima agama sekaligus, yang selanjutnya selalu saja dalam saat bersamaan mengeluarkan kata-kata kasar seperti potong kuping saya, potong leher saya, kodok dan kata kasar lainnya.

Kalau kata kasar bangsat, sebaliknya dialamatkan pada mereka, bisa dibayangkan, apa respon Ruhut Sitompul atau Partai Demokrat atau Presiden SBY dari Partai Demokrat?

Bisakah mereka menerima hujatan kasar seperti itu? Bukankah kalau kita menyubit diri sendiri, sama sakitnya apabila kita juga menyubit orang lain?

Bila Partai Demokrat membiarkan ini terjadi, berarti partai ini mengajarkan hal yang sungguh tidak baik terhadap rakyat Indonesia. Sungguh tidak layak, kata bangsat ini dibawa di gedung terhormat yang dihuninya anggota DPR terhormat.

Rakyat membiayai mereka, anggota pansus century DPR sebesar 5 Miliar untuk bekerja sungguh-sungguh mengungkap kasus bank Century, tetapi malah dikacaukan oleh seorang anggota DPR yang mungkin sejak kecil tidak pernah dididik oleh orang tua dan lingkungannya tentang budi pekerti.

Barangkali, seandainya Gus Dur masih hidup, akan beliau sarankan untuk segera mengutus guru TK dan Play Group ke gedung DPR yang terhormat itu, untuk memberikan pelajaran tentang budi pekerti dan etika kepada anggota DPR seperti Rohut Sitompul yang sebenarnya lebih pantas kalau kata kotor 'Bangsat' itu dialamatkan kepada dirinya sendiri.

SBY, Pecat aja si Poltak Ruhut ini ! Gitu aja kok repot.... hehee...hehee...
Read more... Piaraan Demokrat yang bernama Ruhut Sitompul