Banyak macam cara untuk menghindari kejenuhan alias suntuk. Apalagi teman-teman blogger yang salah satu rutinitasnya berhubungan dengan mencari inspirasi posting, blog walking, promosi blog dan lain-lain yang tentu saja tidak selamanya lagi mood atau stabil, pasti ada saja rasa bosannya.
Salah satu refreshing alternatif dengan memelihara tanaman Bonsai Santigi. Yang jelas bukan membonsai KPK atau Bank Century hehee... tapi justru membiasakan diri untuk hidup berbasis Konservasi (Ramah Lingkungan)
Ada banyak pohon yang bisa dibonsai, salah satunya Pohon Santigi. Di dunia bonsai, Santigi yang nama latinnya Phempis Accidula sangat terkenal dan dicari karena kriteria yang ada padanya sangat cocok dengan kriteria tanaman untuk di bonsai.
Kriteria-kriteria itu antara lain, berbatang keras sehingga mampu hidup puluhan bahkan ratusan tahun. Kriteria selanjutnya adalah tanaman ini mempunyai daun-daun yang kecil-kecil sehingga mendukung penampilan bonsai yang berumur tua dan mengalami treatment pengkerdilan. Kriteria lainnya adalah tanaman ini mempunyai tekstur kulit batang yang berkeropak-keropak atau pecah-pecah yang mengesankan keangkeran dan tua, walaupun pohon tersebut sebenarnya masih berumur muda.
Di pulau Jawa pohon ini namanya juga berlainan, di daerah pantai selatan Yogyakarta, orang menyebut pohon ini dengan nama Pohon Drini, sehingga ada pula bernama pulau Drini yang sudah tak ada pohonnya, ada pula yang menyebutnya kayu Kastigi atau Setigi. Sedangkan ditempat lain juga ada, misalnya didaerah pantai utara Jepara, pulau Karimun Jawa dan ada pula di ujung timur pulau Jawa di dalam areal Taman Nasional dan didaerah Indramayu Jawa Barat, sehingga disana terdapat kampung yang diberi nama Kampung Cantigi.
Konon pula kayu Pohon Santigi ini menurut kepercayaan orang-orang didaerah masing-masing mempunyai khasiat dan kegunaan yang berbeda-beda, di Jawa Tengah dan Yogyakarta kayu ini dicari karena dapat digunakan untuk kayu gagang keris karena kekerasan kayu ini, ada pula yang percaya kayu ini untuk menawarkan racun atau bisa apapun, dan juga digunakan untuk media alat pengurut badan manusia. Konon di Jawa Timur banyak juga yang menggunakan kayu ini untuk membuat tasbih, dan bahkan dijual sampai ke Mekkah. Pernah pula kayu ini ditelitioleh ilmuwan, bahwa dapat digunakan untuk penetralisir di tambak-tambak udang.
Ternyata dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, pohon Sentigi yang ada di Pulau Sumbawa NTB yang tersebar di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima.
Di Kabupaten Bima sendiri, Santigi banyak didapati di Selat Sape (Bima Timur) yang merupakan perbatasan antara Propinsi NTB dan NTT.
Sudah sejak lama dari sekitar tahun 90an, sudah banyak yang diambil oleh para penghobi dan kolektor bonsai santigi yang berasal dari luar Pulau Sumbawa, bahkan di Jawa harganya yang sudah "jadi Bonsai" dan juara di kontes mencapai ratusan juta.
Walaupun begitu, sampai saat ini di Pulau Sumbawa terutama di Kabupaten Bima, masih terdapat banyak tanaman ini dan bahkan masih ada hutan santigi.
Anda ingin refreshing dan mengenalnya lebih jauh atau bahkan ingin mengoleksinya? Pasti seru... Dengan senang hati saya akan menjawab hal-hal yang berhubungan dengan Pohon/ Bonsai Santigi (Pemphis Accidulla).