Bulan September baru saja berlalu, namun gaung memperingati tragedi Peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) jarang terdengar lagi, terkesan hambar tak berbekas.
Secara substansi tentu bukan pada serimonial peringatannya, melainkan kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya laten komunis. Itu sangat berbeda pada saat saya mulai SD sampai Kuliah, peringatan peristiwa tragedi bersejarah itu sangat gencar dilakukan.
"Aahhh... Anda kan orang zaman itu Gaelby !... Sering disuguhi Film G30S/PKI. Tentu terpengaruh paradigma berpikir yang terkontaminasi oleh rekayasa penguasa Orde Baru waktu itu. Sekarang film itu dah mati kepatok Keong Racun," heeheee... :))
Terlepas saya produk orde lama, orde baru, orde reformasi, orde Budi Anduk atau apapun namanya, sebagai anak bangsa saya ingin mengingatkan, setelah 46 tahun pembubaran Komunis, para pengikut fanatik PKI masih menyimpan bara api dan bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
Mereka sekarang sedang giat-giatnya menggugat sejarah, bahwa peristiwa G30S/PKI tidak melibatkan kelompok mereka, melainkan dibelokkan dan dituduh sebagai konflik internal angkatan darat dan keterlibatan Central Intelegence America (CIA).
Budayawan Taufik Ismail, dalam berbagai seminar, tokoh yang kerap bersuara lantang soal komunis menanggapinya dengan tegas bahwa itu adalah perebutan kekuasaan secara berdarah.
Kudeta berdarah yang dilakukan orang-orang komunis di berbagai Negara adalah bentuk gerakan mereka untuk mendapatkan kekuasaan.
Pada 1976, Partai Komunis sedunia memutuskan bahwa merebut kekuasaan, ganti kulit atau warna dan menunggangi gelombang sampai pada kekuasaan adalah prioritas mereka.
Fakta sejarah membuktikan bahwa komunis setidaknya telah 3 kali melakukan upaya pemberontakan untuk merebut kekuasaan.
Pertama pada 1926, peristiwa yang dikenal dengan nama pemberontakan 3 daerah.
Kedua adalah 1948, dikenal dengan peristiwa Madiun
Ketiga adalah 1965. kudeta berdarah yang sangat mengerikan terjadi pada 1 Oktober 1965.
Dalam buku "Bedah Caesar Dewan Revolusi" yang ditulis Aminuddin Kasdi (Mantan dosen luar biasa IAIN Sunan Ampel Surabaya) dan G. AMbar Wulan disimpulkan bahwa :
G30S/PKI adalah sebuah pemberontakan yang melibatkan kesadaran penuh seluruh unsur PKI dengan menggunakan sejumlah unsur TNI AD melalui jalur rahasia biro khusus.
Penolakan pada fakta-fakta tersebut dilakukan oleh para eksile komunis yang tinggal di luar negeri. Pada September tahun 2000 di Leuven, Belgia diadakan Forum diskusi sejarah Indonesia dengan tema "peristiwa September 1965 dalam tinjauan ulang."
Dalam sarasehan yang dihadiri banyak tokoh pelarian PKI itu disebutkan bahwa "generasi muda Indonesia pasca tahun 1965 telah dipaksa menelan sejarah tanpa pengolahan ilmiah dan telah disalah gunakan untuk melegitimasi kekuasaan orba."
Upaya menggugat sejarah ini tak main-main. Para pendukung komunis ini berupaya keras untuk penghapusan sejarah keterlibatan PKI dalam G30S/PKI yang tercantum dalam kurikulum pelajaran Sejarah tahun 1994. Selain itu di toko-toko buku kini dengan bebasnya menjual buku-buku tentang gerakan komunisme dan pemutarbalikkan fakta sejarah kekejaman mereka. Padahal Tap MPR No.25 tahun 1966 tentang pelarangan PKI belum dicabut.
Kita jangan sampai lengah dari misi dan konspirasi mereka. Jika kita sebagai anak bangsa tidak perduli maka kebangkitan komunis tinggal menunggu waktu. Waspadalah... Waspadalah....
Dari berbagai sumber
Read more... Komunis bangkit lagi waspadalah !
Secara substansi tentu bukan pada serimonial peringatannya, melainkan kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya laten komunis. Itu sangat berbeda pada saat saya mulai SD sampai Kuliah, peringatan peristiwa tragedi bersejarah itu sangat gencar dilakukan.
"Aahhh... Anda kan orang zaman itu Gaelby !... Sering disuguhi Film G30S/PKI. Tentu terpengaruh paradigma berpikir yang terkontaminasi oleh rekayasa penguasa Orde Baru waktu itu. Sekarang film itu dah mati kepatok Keong Racun," heeheee... :))
Terlepas saya produk orde lama, orde baru, orde reformasi, orde Budi Anduk atau apapun namanya, sebagai anak bangsa saya ingin mengingatkan, setelah 46 tahun pembubaran Komunis, para pengikut fanatik PKI masih menyimpan bara api dan bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
Mereka sekarang sedang giat-giatnya menggugat sejarah, bahwa peristiwa G30S/PKI tidak melibatkan kelompok mereka, melainkan dibelokkan dan dituduh sebagai konflik internal angkatan darat dan keterlibatan Central Intelegence America (CIA).
Budayawan Taufik Ismail, dalam berbagai seminar, tokoh yang kerap bersuara lantang soal komunis menanggapinya dengan tegas bahwa itu adalah perebutan kekuasaan secara berdarah.
Kudeta berdarah yang dilakukan orang-orang komunis di berbagai Negara adalah bentuk gerakan mereka untuk mendapatkan kekuasaan.
Pada 1976, Partai Komunis sedunia memutuskan bahwa merebut kekuasaan, ganti kulit atau warna dan menunggangi gelombang sampai pada kekuasaan adalah prioritas mereka.
Fakta sejarah membuktikan bahwa komunis setidaknya telah 3 kali melakukan upaya pemberontakan untuk merebut kekuasaan.
Pertama pada 1926, peristiwa yang dikenal dengan nama pemberontakan 3 daerah.
Kedua adalah 1948, dikenal dengan peristiwa Madiun
Ketiga adalah 1965. kudeta berdarah yang sangat mengerikan terjadi pada 1 Oktober 1965.
Dalam buku "Bedah Caesar Dewan Revolusi" yang ditulis Aminuddin Kasdi (Mantan dosen luar biasa IAIN Sunan Ampel Surabaya) dan G. AMbar Wulan disimpulkan bahwa :
G30S/PKI adalah sebuah pemberontakan yang melibatkan kesadaran penuh seluruh unsur PKI dengan menggunakan sejumlah unsur TNI AD melalui jalur rahasia biro khusus.
Penolakan pada fakta-fakta tersebut dilakukan oleh para eksile komunis yang tinggal di luar negeri. Pada September tahun 2000 di Leuven, Belgia diadakan Forum diskusi sejarah Indonesia dengan tema "peristiwa September 1965 dalam tinjauan ulang."
Dalam sarasehan yang dihadiri banyak tokoh pelarian PKI itu disebutkan bahwa "generasi muda Indonesia pasca tahun 1965 telah dipaksa menelan sejarah tanpa pengolahan ilmiah dan telah disalah gunakan untuk melegitimasi kekuasaan orba."
Upaya menggugat sejarah ini tak main-main. Para pendukung komunis ini berupaya keras untuk penghapusan sejarah keterlibatan PKI dalam G30S/PKI yang tercantum dalam kurikulum pelajaran Sejarah tahun 1994. Selain itu di toko-toko buku kini dengan bebasnya menjual buku-buku tentang gerakan komunisme dan pemutarbalikkan fakta sejarah kekejaman mereka. Padahal Tap MPR No.25 tahun 1966 tentang pelarangan PKI belum dicabut.
Kita jangan sampai lengah dari misi dan konspirasi mereka. Jika kita sebagai anak bangsa tidak perduli maka kebangkitan komunis tinggal menunggu waktu. Waspadalah... Waspadalah....
Dari berbagai sumber