Ayahmu bukanlah peraya ulang tahun.
Tetapi puisi acak ini, harus kucurahkan jua
Tepat tahun ketigamu hadir ke dunia.
Karena kau semata wayangku, maka kaulah Matahariku.
Terbitmu adalah energiku
Tenggelammu adalah laraku
Terbitmu adalah energiku
Tenggelammu adalah laraku
Kau milik zamanmu anakku,
Maka bersiaplah!
Buaian ayah bundamu hanya sementara
Selanjutnya kertas dan pena
Kau hadirkan pada semesta
Keilmuan seluas samudra
Hadirkan cahaya, sibak gulita
Kau tembus bumi, merobek angkasa
Selanjutnya kertas dan pena
Kau hadirkan pada semesta
Keilmuan seluas samudra
Hadirkan cahaya, sibak gulita
Kau tembus bumi, merobek angkasa
Kau milik zamanmu, sewayangku
Maka bersiagalah !
Maka bersiagalah !
Rengkuhlah cakrawala
Pelukan ayah bundamu hanya sementara
Selanjutnya keringat dan air mata
Kau suguhkan pada mereka
Hujjah dan qoulan syadida
Datangkan haq, dan kebatilan lenyap tak bersisa
Hingga kau diterima dalam ridho-Nya
Pelukan ayah bundamu hanya sementara
Selanjutnya keringat dan air mata
Kau suguhkan pada mereka
Hujjah dan qoulan syadida
Datangkan haq, dan kebatilan lenyap tak bersisa
Hingga kau diterima dalam ridho-Nya
Bintang mana yang ingin kau petik anakku?
Semasih pijarannya tak redup, kubantu memetiknya
Semasih urat nadiku berdetak, kubantu menggapainya
Ayahmu bukan peramal, tapi lumayan hebat sebagai pendidik
Biar kususun manjamu dengan apik
Hingga kau tak menjadi cengeng, melainkan petarung yang baik
Ayahmu bukan pemikul beban yang terpaksa
Tetapi aku penggembala penuh cinta
Dan padaku Tuhan memberi amanah istimewa
Menitipkanmu, untuk menjadi belahan jiwaku.
Tetapi aku penggembala penuh cinta
Dan padaku Tuhan memberi amanah istimewa
Menitipkanmu, untuk menjadi belahan jiwaku.
NB : Insya Allah, Puisi ini adalah salah satu Wasiat Ayahmu, untuk enkau teruskan ke anak cucumu kelak.